Minal 'Aidin wal-Faizin adalah tradisi yang biasa diucapkan antara sesama Muslim Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei saat merayakan Idul Fitri, setelah menunaikan ibadah puasa pada bulan Ramadan. Ucapan ini secara harfiah diterjemahkan menjadi "Dari (yang) kembali dan berhasil," secara umum diterjemahkan menjadi, "Semoga kita semua tergolong mereka yang kembali (ke fitrah) dan berhasil (dalam latihan menahan diri)"
Ucapan minal 'aidin wal-faizin ini menurut seorang ulama tidaklah berdasarkan dari generasi para sahabat ataupun para ulama setelahnya (Salaf as-Shaleh). Perkataan ini mulanya berasal dari seorang penyair di masa Al-Andalus, yang bernama Shafiyuddin Al-Huli, ketika dia membawakan syair yang konteksnya mengkisahkan dendang wanita di hari raya.
Biarpun berbahasa Arab, ucapan minal 'aidin wal-faizin ini tidak akan dimengerti maknanya oleh orang Arab, dan kalimat ini tidak ada dalam kosa kata kamus bahasa Arab, dan hanya dapat dijumpai makna kata per katanya saja. Tidak ada dasar-dasar yang jelas tentang ucapan ini, baik berupa hadist, atsar, atau lainnya.
Menurut Ibnu Taimiyah, ucapan Idul Fitri yang sesuai dengan sunnah, “Adapun ucapan selamat pada hari raya ‘Id, sebagaimana ucapan sebagian mereka terhadap sebagian lainnya jika bertemu setelah Sholat ‘Id yaitu:
Taqabbalallahu minna wa minkum (Arab: تقبل الله منا ومنكم), artinya: "Semoga Allah menerima amal kami dan kalian" atau
Taqabbalallahu minna waminkum wa ahalahullahu ‘alaik (Arab: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ , وَأَحَالَهُ اللَّهُ عَلَيْك), artinya: "Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian dan semoga Allah menyempurnakannya atasmu" dan semisalnya.”
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Minal_'Aidin_wal-Faizin