09 Januari 2014

picmix : Made in Indonesia yang Mendunia

Calvin Kizana. Foto: Agus Wirawan/Jawa Pos

SEKITAR 18 bulan lalu, Calvin Kizana, 39, tidak menyangka program frame foto yang dibuatnya bisa booming seperti sekarang. Maklum, saat itu dia tidak serius membuatnya. Hanya iseng-iseng sambil kongko di kafe.
"Kami start dari nol. Kantor aja nggak punya. Kerjanya kalau nggak di rumah ya sambil nongkrong di kafe-kafe. Jadi, investasinya sangat kecil," ujar Calvin, founder dan CEO Picmix, saat ditemui dikantornya, kompleks Gading Bukit Indah, Kelapa Gading, Jakarta, akhir pekan lalu (14/12).


Program tersebut sebenarnya sederhana. Awalnya, Calvin menganggap semua ponsel di pasaran sudah memiliki kamera. Seiring dengan itu, tren orang untuk memfoto diri sendiri (narsis) semakin meningkat.
"Peluang pasarnya jelas, orang narsis banyak sekali sekarang. Apalagi kalau anak alay," ungkapnya lantas tersenyum.
Bahkan, Presiden Amerika Serikat Barack Obama melakukan aksi alay, memfoto diri sendiri bersama dua sahabatnya, PM Denmark Helle Thorning dan PM Inggris David Cameron, saat menghadiri pemakaman Nelson Mandela, Selasa (10/12). Tak ayal, aksi itu menjadi pergunjingan dunia. "Narsis-narsisan seperti itu tidak hanya di sini, di luar negeri disebut selfie," tuturnya.
Berdasar fenomena tersebut, Calvin lantas membuat ribuan frame foto yang bisa diunduh secara gratis. "Anak muda paling gampang mengadopsi hal-hal baru, terutama teknologi yang gampang dicerna, dibicarakan, dan ditularkan kepada teman-temannya. Akhirnya, kami nilai Picmix yang paling cocok," sebutnya.
Dia memilih memasang Picmix di BlackBerry (BB) karena belum ada aplikasi sejenis di ponsel buatan Kanada itu. Apalagi pangsa pasar BB di Indonesia sangat besar.
"Kalau langsung masuk ke iPhone atau Android, bakal berhadapan dengan raksasa seperti Instagram. Pasti Picmix tidak ada suaranya," katanya.
Sejak awal dia sangat merahasiakan asal muasal Picmix karyanya. Kepada beberapa teman dekatnya sekalipun, dia ogah membocorkan temuannya tersebut. Bukan lantaran takut diadopsi orang lain, Calvin justru mengkhawatirkan persepsi orang Indonesia yang alergi produk sendiri.
"Kalau sejak awal saya bilang (program) ini 100 persen produk Indonesia, bisa-bisa orang jadi males pakai. Karena itu, kami sepakati baru akan ngomong setelah penggunanya mencapai 10 juta," ujarnya.
Meski begitu, banyak pihak yang menanyakan asal usul Picmix setelah melihat perkembangannya di masyarakat yang demikian pesat. Mei lalu, target 10 juta pengguna (user) tercapai. Tidak hanya di Indonesia, Picmix juga banyak dipakai pemilik BlackBerry di berbagai negara. "Sekarang sudah 16 juta user di seluruh dunia," tambahnya.
Sekarang dengan bangga Calvin mengatakan bahwa Picmix 100 persen buatan anak bangsa. Dia yakin, dengan pencapaian itu, produk IT (information technology) dalam negeri tidak diremehkan bangsa sendiri.
"Mungkin ceritanya beda kalau sejak awal saya bilang ini produk Indonesia. Dilirik pun tidak," lanjutnya.
Namun, Calvin tidak sepenuhnya menyalahkan masyarakat Indonesia. Sebab, para pengembang IT Indonesia terkadang tidak menjaga kualitas produk yang dibuat. Padahal, dari segi kualitas, produk Indonesia tidak kalah jika dibanding produk asing.
"Sayangnya, jarang yang disempurnakan. Pokoknya asal jadi," kata lulusan ilmu komputer Universitas Bina Nusantara (Binus), Jakarta, tersebut.
Calvin menyatakan, di luar negeri, Picmix dilirik banyak investor. Meski begitu, dia tetap ingin memperkenalkan Picmix sebagai produk Indonesia. "Saya lahir di sini dan saya cinta Indonesia. Bisa saja dijual di luar. Tapi, saya ingin menyumbang sesuatu buat Indonesia."
Di antara 16 juta pengguna Picmix, 35"38 persen adalah orang Indonesia. Disusul orang Venezuela dan Afrika Selatan dengan komposisi 13"15 persen. "Sisanya ada di UK (United Kingdom), Timur Tengah, Belanda, Amerika, Kanada, dan India. Kisarannya 7"10 persen," jelasnya.
Calvin mengklaim, belum ada produk IT Indonesia yang berhasil menembus batas dunia seperti Picmix. Apalagi pemasarannya dilakukan tanpa dana sedikit pun. "Kami tidak pakai biaya untuk marketing. Ini murni word of mouth (mulut ke mulut, Red). Mereka pakai, suka, cerita ke orang lain," tegasnya.
Tak heran, di BlackBerry App World, aplikasi Picmix selalu menduduki peringkat top five. Demikian juga di Google Play, aplikasi itu selalu berada di peringkat Top 10 atau Top 20.
"Di BlackBerry App World, produk kami sering di nomor satu, mengalahkan Twitter, Facebook, dan WhatsApp," tuturnya.
Hal itu menunjukkan bahwa aplikasi Picmix banyak diunduh. Tidak hanya di BB, namun juga di gadget yang lain. Bahkan, tahun depan pihaknya siap masuk ke iPhone. Setiap bulan setidaknya Picmix diunduh sejuta pengguna baru. "Tahun depan kami targetkan 30 juta pengguna."
Dengan pencapaian seperti itu, sangat banyak perusahaan yang kini ingin bekerja sama dengan Picmix, mulai pembuatan frame khusus, penjualan stiker, foto filter, dan lain-lain. Ada juga perusahaan yang membayar untuk memakai aplikasi Picmix dalam lomba foto dengan tema tertentu. "Hasilnya lumayan besar lah," tandasnya lantas menyebutkan angka. (*/c5/ari)

SIAPA sangka aplikasi media sosial buatan Indonesia bisa menjadi tren dunia dalam 1,5 tahun. Dari sekadar utak-atik di kafe, kini program frame foto Picmix hasil kreasi Calvin Kizana terpasang di 16 juta telepon seluler di berbagai negara.

AGUS WIRAWAN, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar