Tim Jurnalis beserta Daihatsu menjelajah keindahan alam Indonesia di Pulau
Sumatera. Perjalanan dimulai dari Jakarta dan finis di Sabang. Menjelajah alam
Indonesia nan eksotis, tim menggunakan 3 unit Daihatsu Terios Hi-Grade Type TX
AT dan TX MT. Tema yang diusung adalah petualangan Terios 7-Wonders, merupakan
sebuah penggambaran brand Terios sebagai "Sahabat Petualang" sejati. Pulau
Sumatera dipilih karena terkenal dengan keindahan alamnya dan terkenal sebagai
penghasil kopi berkualitas, serta sejalan dengan tema perjalanan "SumateraCoffee Paradise". Tim Terios 7 Wonders akan mengunjungi 7 spot kopi yang
terkenal di Sumatera. Dalam perjalanan, SUV 7-Seater Terios akan menunjukkan
ketangguhannya di medan yang menyuguhkan karakter jalan yang bervariasi. Berkat
ground clereance yang tinggi disertai dengan performa mesin 3SZ-VE DOHC VVT-I
1.495cc, berkendara tetap nyaman. Di dalam kabin.juga dilengkapi Steering
wheels with audio switch, menjadi salah satu fitur penunjang kenyamanan selama
berkendara.
10 Oktober 2012
Petualangan Terios7-Wonders dimulai hari ini dengan disaksikan oleh jajaran management dan staf
Astra Daihatsu Motor. Tim terdiri dari 10 orang dengan tiga unit Daihatsu
Terios TX-AT (2 unit) dan Terios MT (1 unit), dengan perjalanan sejauh 3.300km.
Misi utama dari perjalanan ini, adalah ingin mengguggah mata dunia akan
kekayaan alam Indonesia khususnya pulau Sumatera. Sepanjang rentang perjalanan
dari Lampung hingga Sabang, terdapat tujuh spot produsen kopi. Perjalanan
pertama, tim akan menempuh jarak 567 km dari Jakarta menuju Liwa, Lambung
Barat. Liwa merupakan jalur strategis yang menghubungkan tiga wilayah provinsi,
Lampung, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Perjalanan yang akan di dominasi oleh
jalan yang berliku dengan tanjakan yang terjal, merupakan tantangan awal bagi
Daihatsu Terios beserta tim 7-Wonders.
Indonesia sebagai
produsen kopi Luwak, merupakan salah satu aset Negara. Perjalanan Daihatsu
Terios 7-Wonders hingga 14 hari ini, fokus pada eksplorasi keindahan alam
Sumatra hingga titik nol kilometer di Sabang. Selain merangkum semua keindahan
alam yang tersaji sepanjang rute perjalanan, tim juga melakukan aktivitas CSR
dengan memberikan bantuan kepada Posyandu binaan serta memberikan bantuan
kepada UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) diwilayah Bengkulu dan Medan. Perjalanan
ini merupakan bentuk uji performa Daihatsu Terios dengan beragam medan jalan,
sebagai SUV sejati.
12 Oktober 2012
Setelah dilepas di
VLC, pada pukul 23.00 WIB tim bergegas menuju penyeberangan Merak-Bakauheni.
Durasi penyeberangan ditempuh dalam waktu 3 jam. Kondisi jalan yang mulus
membuat Daihatsu Terios mampu berakselerasi dengan kecepatan maksimal 120
km/jam. Dari kota Lampung tim bergerak menuju Liwa, Lampung Barat. Perjalanan
menuju Liwa yang merupakan wilayah pegunungan ditempuh melalui kawasan Bukit
Kemuning, dengan ragam jalan yang didominasi oleh tikungan pendek disertai oleh
tanjakan terjal. Kondisi jalan inilah yang menuntut tim untuk pandai-pandai
melakukan perpindahan transmisi. Beberapa kali shifter matik Terios AT
berpindah dari D-3 ke 2. Sementara untuk yang manual dari 4 ke 3. Sampainya di
kota Liwa pukul 17.00 WIB, tim masih harus menuju target pemberhentian
selanjutnya ke Danau Ranau yang masih tersisa jarak sekitar 25 km dari kota
Liwa. Setelah beristirahat melepas lelah, Kopi Luwak khas Liwa menjadi santapan
pertama tim di pagi hari.
13 Oktober 2012
Tim bertemu dengan M.
Khodis di Liwa, salah seorang penyuluh pertanian yang memiliki pabrik
pengolahan kopi. “Biji kopi yang diolah di sini berasal dari petani kopi di
sekitar sini. Selain pengolahan cara lama kami mencoba kopi beraroma. Ada 2
macam yang sudah dikembangkan dan yaitu kopi beraroma ginseng dan kopi berorama
pinang,” perinci Khodis. Campuran biji kopi dan serpihan ginseng atau pinang disangrai
selama 1 – 2 jam dalam suhu 190 derajat celcius. Lamanya proses sangrai akan
mempengaruhi warna kopi. Makin lama disangrai serbuk kopi makin berwarna
kehitaman.
Menikmati suasana Danau Ranau di pagi
hari sungguh menyegarkan, apalagi dengan di temani secangkir kopi panas. Danau Ranau adalah danau
terbesar kedua di pulau Sumatera. Danau yang terbentuk akibat gempa bumi yang
dahsyat akibat letusan gunung vulkanik. Sebuah sungai besar yang sebelumnya
mengalir di kaki gunung vulkanik berubah menjadi jurang. Berbagai jenis tanaman
termasuk semak belukar yang secara lokal dikenal sebagai Ranau, tumbuh di tepi
danau dan sisa-sisa letusan berubah menjadi Gunung Seminung.
Usai menikmati sarapan pagi di hotel kami bergegas menuju produsen kopi Luwak – Kopi yang cukup terkenal di seluruh dunia. Tak cuma karena rasanya yang nikmat tapi harganya pun lumayan mahal. Harga per kilo berkisar antara Rp 400 ribuan sampai jutaan. Ditemani Hidayat atau kerap disapa Sangkut – pemilik kebun kopi seluas 5.000 hektar lebih, kami dijelaskan bagaimana ia mampu memproduksi kopi luwak. Ketika tim menyambangi rumahnya di tepi jalan utama Liwa – Ranau tenyata di belakangnya ia memiliki satu ruangan khusus yang berisi banyak kandang kecil. Kadang inilah tempat dimana Musang Luwak dipelihara. Namun saat ini hanya 5 saja yang ada isinya. Isinya adalah Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus). Ada 2 jenis Musang yang dimiliki Sangkut yaitu Musang Bulan dengan ciri khas ujung ekornya berwarna putih (lebih agresif dan susah jinak) dengan bulu berwarna kecoklatan serta Musang Pandan yang bulunya berwarna kehitaman. Menurut Sangkut aroma wangi khas yang dikeluarkan Musang Pandan ternyata menghasilkan kopi yang lebih nikmat dari Musang Bulan.
Usai menikmati sarapan pagi di hotel kami bergegas menuju produsen kopi Luwak – Kopi yang cukup terkenal di seluruh dunia. Tak cuma karena rasanya yang nikmat tapi harganya pun lumayan mahal. Harga per kilo berkisar antara Rp 400 ribuan sampai jutaan. Ditemani Hidayat atau kerap disapa Sangkut – pemilik kebun kopi seluas 5.000 hektar lebih, kami dijelaskan bagaimana ia mampu memproduksi kopi luwak. Ketika tim menyambangi rumahnya di tepi jalan utama Liwa – Ranau tenyata di belakangnya ia memiliki satu ruangan khusus yang berisi banyak kandang kecil. Kadang inilah tempat dimana Musang Luwak dipelihara. Namun saat ini hanya 5 saja yang ada isinya. Isinya adalah Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus). Ada 2 jenis Musang yang dimiliki Sangkut yaitu Musang Bulan dengan ciri khas ujung ekornya berwarna putih (lebih agresif dan susah jinak) dengan bulu berwarna kecoklatan serta Musang Pandan yang bulunya berwarna kehitaman. Menurut Sangkut aroma wangi khas yang dikeluarkan Musang Pandan ternyata menghasilkan kopi yang lebih nikmat dari Musang Bulan.
Kami ditemui Pak Khodis di lokasi
pengolahan kopi miliknya. Cukup panjang juga penjelasan pria kelahiran Salatiga
ini mengenai perkopian. Karena harus bergerak lagi menuju kota Lahat maka
seluruh tim pun bergegas. Total jarak Danau Ranau hingga Lahat 309,4 km.
Kami akhirnya merapat di kota Lahat malam hari sekitar pukul 20.00 WIB.
Rombongan disambut langsung orang nomor satu di Lahat.
14 Oktober 2012
Orang nomor satu di
Lahat, H Saifudin Aswari Riva'i SE segera menemui tim 7Wonders begitu tahu tim sedang
menyambangi Pasar Lama kota Lahat. “Saya memang memang mengajak seluruh warga
Lahat untuk lebih terbuka dan menerima dengan baik tamu dari luar. Image Lahat
harus berubah menjadi kota yang aman dan bersahabat,” tegas Aswari. Menurutnya
kota Lahat adalah kota tertua di Sumatera. Usia kota Lahat saat ini sudah
mencapai 130 tahun. “Kota Lahat ini dirancang oleh Belanda ketika menjajah di
Indonesia. Blue print kota Lahat berupa gambar skets sudah ditemukan lo,” tutur
Aswari. Berbagai peninggalan Belanda pun bisa ditemukan di Lahat. Salah satunya
adalah Sekolah Dasar Santo Yosef dan juga berbagai bangunan tua lainnya.
Budaya minum kopi
sediri sudah berlangsung sejak dahulu. Di kabupaten Lahat banyak terdapat kebun
kopi Hanya saja karena pemasarannya dikuasai tengkulak maka harga beli kopi
dari petani kerap dipermainkan. Sehingga banyak yang mulai meninggalkan kebun
kopi. Makanya perjalanan 7Wonders Terios – Sumatera Coffee Paradise diharapkan
bisa menggairahkan kembali para petani kopi di Lahat untuk mengolah kebun kopi
yang lama ditinggalkan. Mobil dinas bupati yang pakai nomor BG 1 E, juga
Daihatsu Terios.
Perjalanan tim 7Wonders Terios dimulai sesudah santap siang bersama bupati Lahat H
Saifudin Aswari Riva'i SE di hotel Grand Zuri, pukul 12.40 WIB. Jalanan menuju
kota Pagaralam agak sedikit bergelombang. Sekitar 20 menit keluar dari kota
Lahat jalanan mulai berkelok-kelok. Memasuki perbatasan kota Pagaralam, kelokan
jalanannya disertai dengan tanjakan terjal. Letak Pagaralam yang berada kurang
lebih 1.000 m dpl di atas permukaan laut membuat udara lumayan sejuk. Di kanan
kiri jalan selain teh dan kopi juga ada persawahan yang lumayan luas. Selain
surganya kopi dan teh, karena kesuburan tanahnya Pagaralam memang sebagai salah
satu lumbung padi di Sumatera Selatan. Pagaralam adalah daerah penghasil kopi
terbesar di Sumatera.
15 Oktober 2012
Hujan turun lumayan
deras ketika kami masih beristirahat di hotel di kaki Gunung Dempo. Mesin pengolah buah
kopi jadi biji kopi adalah Mesin Engelberg Huller bikinan USA yang berdimensi
besar dan digerakkan dengan diesel.
Setelah santap siang
di pinggir Sungai, tim 7Wonders langsung mengarahkan tujuan menuju Kabupaten
Empat Lawang (Tebing Tinggi). Daerah hasil pemekaran Kabupaten Lahat ini
memiliki ikon Biji Kopi. “Kopi adalah salah satu komoditas andalan kabupaten
Empat Lawang,” bilang H. Budi Antoni Aljufri – Bupati Empat Lawang ketika
mengobrol dengan tim 7Wonders beberapa waktu lalu, sebelum ia berangkat
menunaikan ibadah haji 13 oktober 2012. Jalanan ketika keluar dari kota
Pagaralam menuju Tebing Tinggi via desa Jarai – Pendopo sebenarnya cukup baik.
Hanya saja tidak begitu lebar dan rutenya berkelok-kelok. Butuh kehati-hatian
agar tak terjadi kecelakaan. Kondisi jalanan sendiri relatif sepi dengan
pemandangan hutan di kanan dan kirinya. Karena kecepatan yang bisa diraih tak
bisa terlalu kencang, maka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan jarak
tempuh kurang lebih 121,6 km sekitar 3 jam.
16 Oktober 2012
Kabupaten Empat
Lawang, yang satu-satunya memakai biji kopi sebagai maskot daerahnya ini memang
mempunyai tanaman kopi yang lumayan produktif. Hampir di semua tempat di daerah
Empat Lawang memiliki kebun kopi yang hasilnya dapat diandalkan. Seragam batik
yang dipakai seluruh pegawai di pemerintahan setiap Kamis juga memakai motif
biji kopi. “Kami juga sedang berusaha mewujudkan showroom khusus perkopian.
Kopi yang dalam bahasa daerah Palembang disebut Kawo ini benar-benar
dimanfaatkan semaksimal mungkin. Tim Penggerak PKK yang dipimpin istri bupati
juga serius membantu pemanfaatan kopi semaksimal mungkin. Salah satunya adalah
membina perajin souvenir khas Empat Lawang dengan memakai bahan dari kayu kopi
hasil peremajaan.
Setelah menikmati
berbagai kerajinan di showroom kawo yang berada persis di depan Puri Emass
ditemani 2 orang staff Rudianto tim 7 Wonders segera bergerak lagi menuju kebon
kopi di daerah Talang Padang. Kami bertemu dengan Makmur salah satu petani kopi
di daerah ini. Sebenarnya musim panen kopi telah usai (biasanya kopi dipanen di
bulan 2 hingga 6). Tapi usai panen masih ada panen susulan tapi jumlahnya tak
banyak.
Dari Desa Talang
Padang rombongan bergerak menuju ke Curup – salah satu sentra penghasil kopi di
daerah Bengkulu melalui Kepahiang. Jalanan berkelok-kelok naik dan turun
membuat kami seolah sedang menari bersama Terios. Jalanannya relatif sepi namun
sempit. Pemandangan alamnya sungguh menyejukkan mata. Tim akhirnya tiba di
Bengkulu sekitar pukul 18.30 WIB.
17 Oktober 2012
Tim 7Wonders
memutuskan untuk beristarahat agak lama, mengingat rute Bengkulu – Bukittinggi
melalui Padang akan kami tempuh secara langsung. Selain itu kami juga akan
mengunjungi acara CSR berupa penyerahan bantuan untuk Posyandu dan juga UKM. Acara
CSR sendiri dipusatkan di main dealer Daihatsu jalan S Parman. Kegiatan CSR ini
dihadiri pula oleh sejumlah pejabat Pemkot Bengkulu antara lain Walikota
Bengkulu : Bp. H. Ahmad Kanedi, SH, Kepala Dinas UKM Kota Bengkulu: H. Sudarto,
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu: Drg. H. Mixon Syahbudin, Ketua Penggerak
PKK: Ibu. H. Armelly. Sedangkan dari Daihatsu adalah Div Head Corporate IT:
Akmal Kusumajaya dan CEO Tunas DHT : Bpk Zainudin.
18 Oktober 2012
Etape dari Bengkulu
menuju Bukittinggi melalui Muko-Muko Padang sudah kami prediksi bakal menguji
fisik dan stamina. Kami baru bisa merapat di tugu Jam Gadang, Bukittinggi
tepat pukul 12 malam. Total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan jarak
sejauh 617 Km adalah 18 jam. Patut jadi catatan jika Anda ingin menikmati rute
pantai barat Sumatera hal yang harus diperhatikan adalah minimnya jumlah POM
Bensin. Sehingga rasanya perlu membawa jerigen cadangan bensin minimal 10
liter.
19 Oktober 2012
Tujuan kami
selanjutnya adalah mengeksplor kopi yang dihasilkan dari desa di Madailing
Natal. Perjalanan dari lokasi kami menginap di dekat Danau Maninjau terpaksa
agak siang baru dilakukan. Waktu tempuh Bengkulu – Bukittinggi selama 18 jam
nonstop cukup menyedot energi sebagian anggota tim Terios 7Wonders. Kota
Bukittinggi yang juga disebut kota Seribu Ngarai memang punya keindahan alam
yang mempesona. Kami sempat berfoto di Ngarai Maninjau. Begitu sampai di
Pasaman Lelo segera menyambut tim 7 Wonders dan langsung mengajak untuk bergerak
menuju Desa Sambang Banyak Jae Ulu Pungud. Jika menilik sejarah kopi Arabica
pertama kali masuk Indonesia pada 1699 oleh Belanda dan ditanam di daerah
Mandheling Natal. Dalam sejarah perkopian Indonesia desa yang jadi pusat kopi
Arabica pertama kali di tanam adalah Desa Pakantan – Mandheling Natal. Nama
Desa Simpang Banyak Jae Ulu Pulud memang tidak disebutkan. Tapi bisa jadi ini
juga salah satu pusatnya. Mengingat masih dalam satu wilayah dan juga berada di
ketinggian 1.200 m dpl.
20 Oktober 2012
Selain rute Bengkulu
– Bukittinggi, rute Mandailing Natal - Medan juga bakal menguras seluruh energi
tim 7Wonders. Dengan istirahat yang minim sementara jarak tempuhnya lumayan
jauh sekitar 764 km serta kondisi jalanan yang tak bisa diprediksikan butuh
konsentrasi dalam mengendalikan Terios. Jalanan sepanjang Mandailing Natal –
Tarutung kondisinya tak stabil. Sebagian mulus sebagian lagi rusak parah karena
perbaikan jalan yang belum juga selesai. Bekas jembatan yang putus karena
banjir bandang sudah diperbaiki. Kerusakan jalan ini membuat perjalanan agak
terhambat. Jalanan tanah berbatu lagi-lagi menguji ketangguhan suspensi Terios.
Jujur saja kami terkejut dengan ketangguhan suspensi Terios.
21 Oktober 2012
Perjalanan panjang
7Wonders sudah mencapai separuh lebih dari rute yang direncanakan ketika kami
sudah berada di Medan. Selain untuk memulihkan stamina selama 2 malam di Medan
kami juga melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Program ini
disinergikan dengan program CSR PT. Astra Daihatsu Motor (ADM). Untuk di Medan
acara simbolis penyerahan bantuan kepada 2 Posyandu dan 5 UMKM dilakukan di
dealer Daihatsu, Jalan Sisingamangaraja No. 170, Medan. Kedua Posyandu Binaan
yaitu Posyandu Kenanga 1 dan Mawar XII. Sedangkan UMKM yang mendapat bantuan
adalah Wolken (pembuat bantal+guling), Keripik Pisang Bu Nur, Keripik Cap
Merak, Berkat Rahmat dan juga Sirup Markisa Brastagi Bee. Total bantuan program
ini nilainya mencapai lebih dari Rp 200 juta. Usai kegiatan ke dealer Daihatsu,
tim 7 Wonders juga langsung ke lokasi Posyandu Kenanga 1 yang berada di Kantor
Kelurahan Pasar Merah Barat, Kecamatan Medan Kota. Tim 7Wonders juga ditemani
Edy Susanto – Kepala Cabang PT Astra Internasional Daihatsu Medan (AIDM), Akmal
Sukmajaya - Corporate IT Div. Head ADM dan juga Asjoni - CSR Dept. Head ADM
bersama tim CSR ADM.
22 Oktober 2012
Perjalanan tim
7Wonders kini mulai memasuki etape terakhir yaitu Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Seusai check out dari Hotel Santika Medan – tepat pukul 13.00 WIB,
tiga Terios pun segera bergerak menuju provinsi Serambi Mekkah. Perjalanan kali
ini terasa agak berbeda karena ada tambahan anggota tim baru yaitu Rokky
Irvayandi dari PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Head Office, Jakarta. Welcome a board Bro! Jika sebelumnya Terios berisi 10
orang kali ini menjadi 11 orang. Rute perjalanan dari Medan menuju Langsa
lumayan lancar. Kondisi jalan raya juga lumayan bagus dan cenderung flat. Meskipun di beberapa ruas
jalan ada perbaikan dan pelebaran tapi tak sampai menyebabkan kemacetan. Jarak
sekitar 200 km pun tak terasa jauh. Kondisi aspal jalan memasuki provinsi Aceh
juga lumayan mulus. Kami masuk kota Sabang sekitar pukul 18.30 WIB. Saatnya
makan malam… Untuk mendapatkan suasana yang khas Aceh kami sempatkan minum kopi
dan makan malam di dekat alun-alun Langsa. Ketika menikmati hidangan sate
matang dan martabak Aceh, dr. Marlunglung Purba atau biasa disapa Lung Lung
ikut bergabung. Dokter muda asal Medan ini bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Langsa. Usai makan malam, kami putuskan untuk segera istirahat.
Mengingat besok pagi jarak Langsa - Takengon lumayan jauh.
23 Oktober 2012
Kota Takengon adalah
persinggahan terakhir tim 7Wonders dalam mengeksplorasi 7 tempat penghasil kopi
di Pulau Sumatera. Sepanjang perjalanan ini sudah ada 6 tempat yang kami
kunjungi yaitu Liwa (Lampung), Lahat, Pagar Alam, Empat Lawang, Curup –
Kepahiang, Mandailing Natal dan sekarang giliran Takengon. Kami berangkat dari
Langsa ketika jam menunjukkan pukul 7 pagi. Banyak agenda yang kami rencanakan
makanya perjalanan harus dirancang seefektif mungkin. Supaya tak banyak waktu
yang terbuang. Mengingat jarak antara Langsa - Takengon sendiri juga cukup jauh
sekitar 334,6 km. Perjalanan cukup lancar selain lalu lintas tak terlalu padat
kondisi jalan raya juga cukup bagus. Sekitar pukul 11 siang kami sudah sampai
di Bireuen. Kota yang dulu kerap jadi ajang pertempuran antara GAM dengan
aparat keamanan Indonesia. Suasana kota Bireuen dulu jelas jauh berbeda dengan
sekarang. Suasananya aman dan damai. Menjelang masuk Takengon, komunitas jip
dari Gayo sudah menunggu. Mereka siap mengawal 3 Terios mencicipi trek bukit
Oregon.
Kopi Gayo merupakan
kopi jenis Arabica dengan citarasa yang khas. Hebatnya lagi kopi yang
diproduksi Bambang sudah merambah ke Eropa Timur dan juga Amerika. Selain kopi
Gayo Blendeed ada juga kopi dari Luwak liar yang sekarang mulai ramai digemari
banyak orang. Cara menikmati kopi luwak ternyata butuh trik khusus agar lebih
nikmat. Air yang digunakan harus benar-benar mendidih. Dibutuhkan alat yang
bernama ekspresso (berguna untuk menyaring kopi sekaligus menurunkan kadar
keasamannya) sehingga kopi tak terasa tajam di perut ketika diminum. Kami tutup
agenda hari ini menikmati makan malam dengan menu ikan asam pedas khas
Takengon… Ikannya sendiri diambil dari Danau Laut Tawar di belakang penginapan
kami.
24 Oktober 2012
Usai beristirahat di
penginapan di pinggir Danau Laut Tawar, badan terasa bugar kembali. Kami pun
siap kembali mengulik dunia perkopian di kota Takengon. Letak geografis yang
menjadi salah satu rangkaian bukit barisan tentu punya kelebihan tersendiri.
Tanahnya subur dan curah hujannya juga lumayan tinggi. Karena letaknya kurang
lebih 1.300m dpl maka sangat cocok untuk menanam kopi jenis Arabica.
Makanya selain di Mandailing Natal, masyarakat Gayo – demikian penduduk Takengon biasa disebut jadi salah satu bagian sejarah penting dalam perkembangan kopi Arabica di Sumatera bahkan hingga mendunia. Sesuai janji Bambang Wijaya Kusuma semalam ketika bersama-sama menikmati masakan Ikan Asem Njing (asem pedes), maka pagi ini kami diajak melihat langsung salah satu kebun kopi peninggalan Belanda di desa Blang Gele. Kebun kopi tua tersebut hanya seluas 15 hektar. Padahal dari sisi kualitas, biji kopi di desa Blang Gele termasuk nomer satu. Bijinya pun besar-besar dan memiliki aroma yang khas. Letak kebun ini sendiri tak jauh dari PT Ketiara (perusahaan kopi milik ayah dan ibu Bambang). Untuk melestarikan kopi jenis ini, pengembangbiakan pun dilakukan.
Makanya selain di Mandailing Natal, masyarakat Gayo – demikian penduduk Takengon biasa disebut jadi salah satu bagian sejarah penting dalam perkembangan kopi Arabica di Sumatera bahkan hingga mendunia. Sesuai janji Bambang Wijaya Kusuma semalam ketika bersama-sama menikmati masakan Ikan Asem Njing (asem pedes), maka pagi ini kami diajak melihat langsung salah satu kebun kopi peninggalan Belanda di desa Blang Gele. Kebun kopi tua tersebut hanya seluas 15 hektar. Padahal dari sisi kualitas, biji kopi di desa Blang Gele termasuk nomer satu. Bijinya pun besar-besar dan memiliki aroma yang khas. Letak kebun ini sendiri tak jauh dari PT Ketiara (perusahaan kopi milik ayah dan ibu Bambang). Untuk melestarikan kopi jenis ini, pengembangbiakan pun dilakukan.
Rangkaian perjalanan panjang tim
Terios 7-Wonders sepanjang 3.657 km selama 15 hari berakhir di tugu “Nol”
Kilometer tepat pukul 12.48 WIB (24/10). Dari sinilah pengukuran luas wilayah
Indonesia dimulai. Saat ini teks lagi Dari Sabang Sampai Merauke sudah bisa
kami nyanyikan. Setelah beristirahat semalam di Banda Aceh, pagi-pagi kami
harus segera bergegas menuju pelabuhan ferry Ulee Lheue. Para sahabat yang juga
offroader dari Banda Aceh mengingatkan jika jadwal kapal ke Sabang agak ajaib.
Bisa dipercepat jika penumpangnya padat. Sampai di pelabuhan ferry Balohan –
Sabang sekitar pukul 11 siang. Kami segera menuju kota Sabang, sahabat kami Ari
Poenbit dari komunitas off-road pulau Sabang dan juga dokter Togu akan mengawal
kami menuju tugu “Nol” kilometer. Akhirnya tiga unit Daihatsu Terios (2 matik
dan 1 manual) berhasil kami bawa mencapai titik “Nol” kilometer di ujung
pulau Weh, Provinsi Aceh Nanggroe Darussalam pada pukul 12.48 WIB.
Perjalanan yang penuh pengalaman menarik selama 15 hari yang dimulai dari
VLC Sunter Jakarta dengan total jarak 3.657 km berakhir sudah.
Di Sabang, rombongan Terios 7-Wonders
sudah ditunggu oleh para petinggi PT Astra Daihatsu Motor (ADM) antara lain,
Amelia Tjandra, Rio Sanggau, Elvina Afny, Guntur Mulja dan beberapa wartawan
nasional dari Jakarta yang diajak khusus menyaksikan peristiwa bersejarah ini.
Anggota tim 7-Wonders yang terdiri dari Tunggul Birawa (leader), Insuhendang,
Bimo S Soeryadi, Ismail Ashland, Aseri, Toni, Arizona Sudiro, Endi Supriatna,
Enuh Witarsa, David Setyawan (ADM), Rokky Irvayandi (ADM) mendapat ucapan
selamat dari yang hadir di tugu “Nol” Kilometer. “Selamat! Terima kasih tim
Terios 7-Wonders sudah berhasil mennyelesaikan seluruh etape perjalanan panjang
ini tanpa ada kendala berarti. Terbukti Terios adalah SUV yang tangguh!”
komentar Amelia Tjandra Direktur Marketing PT ADM. Seremoni singkat menandai
berakhirnya ekspedisi ini dilakukan di Tugu “Nol” Kilometer. Plakat Terios7-Wonders yang dibawa tim diserahkan oleh Tunggul Birawa selaku komandan tim
kepada Amelia Tjandra. Selanjutnya plakat ini diserahkan kepada dr. Togu yang
mewakili pemda Sabang. Plakat ini akan ditanam di lokasi yang memang sudah
disediakan di sekitar lokasi tugu Nol Kilometer.
Setelah berfoto-foto sejenak,
rombongan segera menuju ke Anoi Itam Resort Sabang untuk makan siang. Usai
makan siang kami harus bergegas ke pelaburan ferry Baloha untuk segera naik
kapal cepat Pulau Rondo. Kapal ini merupakan kapal terakhir dari Sabang menuju
Banda Aceh. Kapal segera berangkat ketika jam menunjukan pukul 16.00 WIB.
Sementara 3 Terios baru bisa dibawa ke Banda Aceh keesokan harinya pukul 08.00
WIB dengan kapal ferry. Seluruh tim kecuali Insuhendang yang tinggal di Pulau
Sabang untuk mengawal 3 Terios sampai di Banda Aceh dengan perasaan lega.
Saatnya menikmati Banda Aceh dengan tenang. Tujuan pertama menikmati kopi Ulee
Kareeng baru setelah itu mengunjungi Masjid Raya Aceh dan juga menikmati
kuliner Mie Aceh yang disiapkan oleh sahabat daihatsu Alex HM yang juga ketua
organda Banda Aceh.
25 Oktober 2012
Jadwal kepulangan tim Terios 7-Wonders
kebetulan memang sangat berdekatan dengan hari raya Idul Adha. Sebelum pulang dengan
mengenakan pesawat udara pada sore harinya, PT ADM dan juga tim Terios7-Wonders menyerahkan 3 ekor sapi untuk dijadikan hewan kurban. “Ini salah satu
bentuk ucapan rasa syukur kami karena program Terios 7-Wonders Sumatera CoffeeParadise sudah berhasil dilaksanakan tanpa ada hambatan berarti. 3 ekor sapi
ini melambangkan 3 Terios yang kami bawa dari Jakarta hingga Aceh,” komentar
Rio Sanggau salah satu petinggi ADM ketika menyerahkan 3 ekor sapi pada panitia
kurban di Masjid Raya – Banda Aceh.
Oh ya, pada saat penyerahan hewan
kurban, kapal dari Sabang yang membawa 3 Terios sudah merapat. Tiga orang
anggota tim pun menyusul ke pelabuhan Ulee Lheue untuk membawa kembali
kendaraan yang menemani kami selama ini. Setelah berkumpul semua, memanfaatkan
waktu sebelum menuju ke Bandara Sultan Iskandar Muda untuk pulang ke Jakarta,
tim Terios 7-Wonders masih menyempatkan diri belanja sedikit souvenir khas Aceh
di lokasi sekitar mesjid. Kemudian dilanjutkan mengunjungi museum PLTD Kapal
Apung. Museum yang merupakan salah satu bukti kedahsyatan bencana Tsunami. Makan
siang dengan menu khas Aceh Ayam Tangkap kami nikmati menjelang sampai di
Bandara Sultan Iskandar Muda. Menu Ayam Tangkap adalah ayam goreng yang dimasak
berbarengan dengan beberapa macam Ada yang dipotong kecil-kecil ada pula yang
dipotong agak besar. Akhirnya pukul 16.35 WIB seluruh anggota tim Terios 7-Wonders
terbang kembali ke Jakarta.
Ayo menulis blog.
Menangkan hadiahnya.