16 November 2013

BusWay





Transjakarta atau umum disebut sebagai Busway adalah sebuah sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan Selatan, yang beroperasi sejak tahun 2004 di Jakarta, Indonesia. Sistem ini didesain berdasarkan sistem TransMilenio yang sukses di Bogota, Kolombia. Transjakarta dirancang sebagai moda transportasi massal pendukung aktivitas ibukota yang sangat padat. Transjakarta merupakan sistem BRT dengan jalur lintasan terpanjang di dunia (208 km), serta memiliki 228 halte yang tersebar dalam 12 koridor (jalur), yang beroperasi dari 05.00 - 22.00 WIB.
Transjakarta dioperasikan oleh Unit Pengelola Transjakarta Busway (UPTB) dibawah Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, yang bertanggungjawab penuh kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam operasional Transjakarta (Pramudi, Onboard/petugas bus, Barrier/petugas halte, dan petugas kebersihan) sekitar 6.000 orang.[1] Jumlah rata-rata harian pengguna Transjakarta diprediksikan sekitar 350.000 orang. Sedangkan pada tahun 2012, Jumlah pengguna Transjakarta mencapai 109.983.609 orang.

Ide pembangunan proyek Bus Rapid Transit di Jakarta muncul sekitar tahun 2001. Kemudian ide ini ditindaklanjuti oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso. Sebuah institut bernama Institute for Transportation & Development Policy (ITDP) menjadi pihak penting yang mengiringi proses perencanaan proyek ini. Konsep awal dari sistem ini dibuat oleh PT. Pamintori Cipta, sebuah konsultan transportasi yang sudah sering bekerjasama dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Selain pihak swasta, terdapat beberapa pihak lain yang juga mendukung keberhasilan dari proyek ini, di antaranya adalah badan bantuan Amerika (US AID) dan The University of Indonesia’s Center for Transportation Studies (UI-CTS).[3]
Transjakarta memulai operasinya pada 15 Januari 2004,ditandai dengan peresmian Koridor 1, dengan tujuan memberikan jasa angkutan yang lebih cepat, nyaman, dan terjangkau bagi warga Jakarta. Sejak awal pengoperasian Transjakarta, harga tiket ditetapkan untuk disubsidi oleh pemerintah daerah. Dalam rangka sosialisasi dan pengenalan angkutan massal ini kepada masyarakat, pada 2 minggu pertama pengoperasiannya (15-30 Januari 2004) pengguna Transjakarta tidak dikenakan tarif. Mulai 1 Februari 2004, tarif Transjakarta mulai diberlakukan seharga Rp 2000.
Beberapa pengembangan pasca-peresmian Koridor 1 terus dilakukan, antara lain lowongan supir bus yang terbuka bagi perempuan, perbaikan sarana-prasarana bus dan halte, pemberlakuan zona khusus perempuan, penempatan petugas di dalam bus, sterilisasi jalur Transjakarta dengan portal manual maupun otomatis, uji coba sistem contra-flow (jalur Transjakarta yang berlawanan arah dengan jalur umum yang bersinggungan), serta pelayanan bagi pengguna penyandang cacat.


Beberapa bus Transjakarta di Jalan Sudirman.
Setelah Koridor 1 sukses dioperasikan, koridor-koridor selanjutnya mulai dibangun dan diresmikan secara bertahap:
Koridor 2 dan 3 diresmikan pada 15 Januari 2006.
Koridor 4, 5, 6, dan 7 diresmikan pada 27 Januari 2007.
Koridor 8 diresmikan pada 21 Februari 2009.
Koridor 9 dan 10 diresmikan pada 31 Desember 2010.
Koridor 11 diresmikan pada 28 Desember 2011.
Koridor 12 diresmikan pada 14 Februari 2013.
Transportasi penunjang Transjakarta terus diupayakan. Angkutan pengumpan (feeder busway) juga dioperasikan pada 2011 di 3 wilayah, yaitu SCBD, Puri Kembangan, dan Tanah Abang, namun ditutup pada Desember 2012 karena operator menganggap rute-rute tersebut sepi pengguna dan menimbulkan kerugian.[4] Saat ini, angkutan penunjang Transjakarta terdiri atas Kopaja AC yang beroperasi di dalam kota dan Angkutan Penumpang Terintegrasi Busway (APTB) yang melayani wilayah Jabodetabek.

Transjakarta dioperasikan dengan menggunakan bus sebanyak 669 unit bus[5], terdiri dari bus tunggal dan bus gandeng. Tipe dan warna bus tiap koridor berbeda-beda, untuk memudahkan pengguna yang akan menaiki bus menuju tempat yang dituju. Bus yang digunakan sebagai armada angkutan Transjakarta adalah:
Koridor 1 : Bus Zhong Tong (DMR)
Koridor 2 : Bus Daewoo biru-putih dan abu-abu, dan 2 bus Hino kuning-merah (TB-003 dan TB-066)
Koridor 3 : Bus Daewoo kuning-merah dan abu-abu (TB)
Koridor 4 : Bus Daewoo/Hyundai abu-abu (JMT), dan bus Hino abu-abu (PP)
Koridor 5 : Bus gandeng Huang Hai (JMT), dan bus gandeng Komodo abu-abu (LRN)
Koridor 6 : Bus Daewoo dan Hyundai (JTM)
Koridor 7 : Bus Hino abu-abu (LRN)
Koridor 8 : Bus Hino abu-abu (PP) dan bus gandeng Zhong Tong (DMR)
Koridor 9 : Bus Hyundai merah-kuning (BMP+TMB), bus gandeng Komodo merah-kuning (BMP+TMB)
Koridor 10: Bus Hyundai merah-kuning (BMP), bus gandeng Komodo merah-kuning (TMB)
Koridor 11: Bus gandeng Inobus kuning-merah (DMR)
Koridor 12: Bus gandeng Inobus kuning-merah dan bus gandeng Ankai kuning-merah (BMP)
Spesifikasi Umum[sunting | sunting sumber]
Semua bus Transjakarta berbahan bakar gas, dan diisi di SPBG tertentu. Bus-bus ini dibangun dengan menggunakan material tertentu. Untuk interior langit-langit bus, menggunakan bahan yang tahan api sehingga jika terjadi percikan api tidak akan menjalar. Untuk kerangkanya, menggunakan galvanil, suatu jenis logam campuran seng dan besi yang kokoh dan tahan karat.
Bus Transjakarta memiliki pintu yang terletak lebih tinggi dibanding bus lain sehingga hanya dapat dinaiki dari halte Transjakarta (juga dikenal dengan sebutan shelter). Pintu tersebut terletak di bagian tengah kanan dan kiri. Untuk bus gandeng memiliki tiga pasang pintu yaitu bagian depan, tengah, belakang kanan dan kiri. Sedangkan bus single di koridor 4 - 9 memiliki dua pasang pintu, yaitu bagian depan dan belakang kanan dan kiri.
Pintu bus menggunakan sistem lipat otomatis yang dapat dikendalikan dari konsol yang ada di panel pengemudi. Mekanisme pembukaan pintu pada bus tertentu telah diubah menjadi sistem geser untuk lebih mengakomodasi padatnya penumpang pada jam-jam tertentu, di dekat kursi-kursi penumpang yang bagian belakangnya merupakan jalur pergeseran pintu, dipasang pengaman yang terbuat dari gelas akrilik untuk menghindari terbenturnya bagian tubuh penumpang oleh pintu yang bergeser.
Setiap bus dilengkapi dengan papan pengumuman elektronik dan pengeras suara yang memberitahukan halte yang akan segera dilalui kepada para penumpang dalam 2 bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Setiap bus juga dilengkapi dengan sarana komunikasi radio panggil yang memungkinkan pengemudi untuk memberikan dan mendapatkan informasi terkini mengenai kemacetan, kecelakaan, barang penumpang yang tertinggal, dan lain-lain. Setiap bus menampilkan informasi mengenai bus yang sedang beroperasi (Kode bus, himbauan kepada pengguna, dan call center operator bus).
Untuk antisipasi hal-hal darurat dan dalam rangka mendukung kenyamanan dan keamanan, pada tiap bus telah dilengkapi dengan alat pemecah kaca yang tersedia di beberapa bagian pada tiap bus, tombol darurat diatas pintu bus, pintu darurat (bus tertentu), serta CCTV yang terhubung dengan layar yang berada di dashboard supir bus (koridor tertentu)

http://id.wikipedia.org/wiki/Transjakarta







Sterilisasi busway yang diberlakukan mulai 1 November lalu belum membuat semua pengguna kendaraan pribadi tertib. Masih ada ada saja beberapa yang menyerobot jalur khusus untuk bus TransJakarta itu.

Ulah para penyerobot busway tentu saja membuat pengguna bus TransJakarta kesal. Sebab, penyerobotan busway oleh kendaraan pribadi menyebabkan jalur yang harusnya bebas hambatan malah ikut macet.

Salah seorang pengguna TransJakarta, Muhammad Daivi, akhirnya menggagas hukuman untuk para pelanggar jalur bus TransJakarta itu dengan gerakan busway kick. Dari pintu halte TransJakarta, ia melakukan gerakan menendang (kick) sambil mengacungkan jempol ke bawah, setiap kali ada kendaraan pribadi yang menerobos busway.

"Selama ini mereka nyaman-nyaman saja masuk busway. Nah, dengan Busway Kick kita mencoba membuat mereka tidak nyaman," ujar Muhamad Daivi saat ditemui Media Indonesia di sela-sela aksi di Halte Salemba UI, Jakarta Pusat, Kamis (14/11).

Menurutnya, gerakan sederhana seperti itu cukup membuat pelanggar jalur bus TransJakarta menjadi malu dan tidak nyaman. "Hati pelanggar busway itu halus, sama seperti kita. Cukup dengan gerakan kecil bisa tersinggung, merasa malu, sehingga langsung mengenai hati nurani mereka. Akibatnya, mereka akan jera masuk busway," ujar pria berusia 62 tahun itu.

Sembari membagikan brosur kecil dan menjelaskan aksi itu kepada beberapa penumpang bus TransJakarta, ia meminta masyarakat ikut memelihara sterilisasi lajur bus TransJakarta sekaligus bersama-sama menjaga peruntukan fasilitas umum itu.

Hukuman yang digagas Daivi ditanggapi beragam. Menurut Rio, yang juga pengguna bus TransJakarta, Busway Kick merupakan salah satu sanksi sosial yang masih bisa dilakukan untuk membuat penyerobot busway jera, bila aturan pemerintah sudah tidak mempan.

Pengguna TransJakarta lainnya, Emi, juga mendukung aksi Daivi. "Setuju. Pelanggar perlu diingatkan, bahwa busway itu jalur untuk Transjakarta. Biat (penyerobot) malu," katanya.

Semenmtara itu, Erna, menyatakan tidak setuju, karena gerakan tersebut sangat membahayakan. Yang bersangkutan bisa terjatuh dari pintu halte.

Editor: Patna Budi Utami

http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/11/15/5/194902/Penyerobot-Perlu-Dihukum-dengan-Busway-Kick

Tidak ada komentar:

Posting Komentar